Tentang Rindu
Bertempur bagai serdadu menyerang dan berseru penuh peluru, seribu busur menggempur menembus kabut yang terkubur.
Begitulah aku harus mengatakannya, perjuanganku tak bisa kau ukur dengan dendam hatimu. Dilihat malaikat menarilah bidadariku, aku memberimu rona agar terhias jalanku menuju keningmu.
Damailah kita, terbit cinta ini akan selalu ada walau terbenam seperti senja. Mawar ku injak, kan ku bawa yang abadi ketimbang semerbak harumnya. Simpan resahmu terus ajari aku berdiri menjadi yang kau mau.
Masih membekas sisa keringat hanya peluk yang kau butuhkan tapi perang menantang hari hariku. Tak seperti apa yang kau cerna tentang esok hari kita, aku butuh pengakuan dari semesta atas kalimat yang kubuat. Untukmu, lelah tak pernah mampu menghentikan semuanya.
Tolong dengarlah! Andaikan detik ini adalah sesuatu yang terlewati, ku ingin kau mengerti bahwa sejuta sayang yang ku sampaikan tak pernah hianati janji untuk menemani. Terhempas jauh kepingan suara hati ini melewati malam dinginnya angin dan serpihan sunyi.
Passion not poison, saat gairahku semakin dalam kau bilang racun yang ku persembahkan, kau tak pernah tau tentang semangatku yang kau bangunkan, mungkin sampai berdarah pun nadiku ku kan bilang, air matamulah penyembuh lukaku dan bahagia tak perlu kau tunggu di ruang kepedihan adalah awal tercipta senyummu.
Aku melukis yang terindah didalam hidup, kesedihan mewarnainya di pelangi yang tergambar. Masih terucap dari mulutku berat untuk berkata maafkan aku sekali lagi. Saat ku dengar cacianmu seolah jahatnya aku padamu saat ini. Seumpama terik pagi saat itu hangat nafasku berharap kenangannya adalah kamu.
Menunggu cahaya berbekal rindu dan restu ibu, ayah berkata tegarlah layaknya pria,
#PP_250918_23.00
Begitulah aku harus mengatakannya, perjuanganku tak bisa kau ukur dengan dendam hatimu. Dilihat malaikat menarilah bidadariku, aku memberimu rona agar terhias jalanku menuju keningmu.
Damailah kita, terbit cinta ini akan selalu ada walau terbenam seperti senja. Mawar ku injak, kan ku bawa yang abadi ketimbang semerbak harumnya. Simpan resahmu terus ajari aku berdiri menjadi yang kau mau.
Masih membekas sisa keringat hanya peluk yang kau butuhkan tapi perang menantang hari hariku. Tak seperti apa yang kau cerna tentang esok hari kita, aku butuh pengakuan dari semesta atas kalimat yang kubuat. Untukmu, lelah tak pernah mampu menghentikan semuanya.
Tolong dengarlah! Andaikan detik ini adalah sesuatu yang terlewati, ku ingin kau mengerti bahwa sejuta sayang yang ku sampaikan tak pernah hianati janji untuk menemani. Terhempas jauh kepingan suara hati ini melewati malam dinginnya angin dan serpihan sunyi.
Passion not poison, saat gairahku semakin dalam kau bilang racun yang ku persembahkan, kau tak pernah tau tentang semangatku yang kau bangunkan, mungkin sampai berdarah pun nadiku ku kan bilang, air matamulah penyembuh lukaku dan bahagia tak perlu kau tunggu di ruang kepedihan adalah awal tercipta senyummu.
Aku melukis yang terindah didalam hidup, kesedihan mewarnainya di pelangi yang tergambar. Masih terucap dari mulutku berat untuk berkata maafkan aku sekali lagi. Saat ku dengar cacianmu seolah jahatnya aku padamu saat ini. Seumpama terik pagi saat itu hangat nafasku berharap kenangannya adalah kamu.
Menunggu cahaya berbekal rindu dan restu ibu, ayah berkata tegarlah layaknya pria,
#PP_250918_23.00
Komentar
Posting Komentar